14 JUNI 1968, udara pagi yang cerah di Lapangan Udara Tabing Padang. Pintu gerbang ranah Minang, kembali hidup. Setelah hampir satu dasawarsa berada dalam cengkeraman "Orde Lama" merasa terbebas dari rasa tertekan yang menyebabkan hilangnya harga diri. Hari itu, baru 2 tahun setelah "Orde Baru" dicanangkan dibawah kepemimpinan Soeharto.
Orde baru yang pada awalnya didukung oleh massa rakyat yang lahir dari TRITURA sangat mendambakan suasana baru, nafas baru. Supaya bangsa ini terbebas dari segala macam tekanan. Yang selama ini terasa berat menghimpit di bawah system komunis PKI.
Rakyat di Ranah Bundo ingin kembali membangun kampung halaman.
Jam menunjukkan jarum waktu 08.15 WIB pagi. Dikala pesawat Electra GIA mencecah landasan dengan mulus. Membawa di dalamnya Pemimpin Pulang. Bapak Mohamad Natsir dan Umi yang berkunjung ke Sumatera Barat atas undangan Gubernur Sumbar Prof. Harun Zain dan Wali kota Padang Kol. Maritim Akhirul Yahya.
Pemimpin Pulang, Bapak Mohamad Natsir pulang dengan kepala tegak melanjutkan perjuangan dalam rangka merangsang semangat yang tadinya telah hampir padam untuk membangun kampung halaman. Beliau disambut dengan panggilan "orang tua kita". Hampir seluruh daerah Tingkat II dalam daerah Sumatera Barat sempat didatangi Bapak Mohamad Natsir.
Dimana-mana Beliau mendorong umat kembali memulai membangun negeri yang bermuara dari lubuk hati. Dengan meninggalkan taushiyah yang perlu diperpegangi.
PEMIMPIN PULANG
Empat cara pulang bagi Pemimpin dari Perjuangan.
Orde baru yang pada awalnya didukung oleh massa rakyat yang lahir dari TRITURA sangat mendambakan suasana baru, nafas baru. Supaya bangsa ini terbebas dari segala macam tekanan. Yang selama ini terasa berat menghimpit di bawah system komunis PKI.
Rakyat di Ranah Bundo ingin kembali membangun kampung halaman.
Jam menunjukkan jarum waktu 08.15 WIB pagi. Dikala pesawat Electra GIA mencecah landasan dengan mulus. Membawa di dalamnya Pemimpin Pulang. Bapak Mohamad Natsir dan Umi yang berkunjung ke Sumatera Barat atas undangan Gubernur Sumbar Prof. Harun Zain dan Wali kota Padang Kol. Maritim Akhirul Yahya.
Pemimpin Pulang, Bapak Mohamad Natsir pulang dengan kepala tegak melanjutkan perjuangan dalam rangka merangsang semangat yang tadinya telah hampir padam untuk membangun kampung halaman. Beliau disambut dengan panggilan "orang tua kita". Hampir seluruh daerah Tingkat II dalam daerah Sumatera Barat sempat didatangi Bapak Mohamad Natsir.
Dimana-mana Beliau mendorong umat kembali memulai membangun negeri yang bermuara dari lubuk hati. Dengan meninggalkan taushiyah yang perlu diperpegangi.
PEMIMPIN PULANG
Empat cara pulang bagi Pemimpin dari Perjuangan.
- Dia pulang dengan kepala tegak, membawa hasil perjuangan.
- Dia pulang dengan kepala tegak, tapi tangan di belenggu musuh untuk calon penghuni terungku, atau lebih dari itu, riwayatnya akan menjadi pupuk penyubur tanah Perjuangan bagi para Mujahidin seterusnya.
- Dia pulang. Tapi yang pulang hanya namanya. Jasadnya sudah tinggal di Medan Jihad.
Sebenarnya, di samping namanya, juga turut pulang ruh-nya yang hidup dan menghidupkan ruh umat sampai tahun berganti musim, serta mengilhami para pemimpin yang akan tinggal di belakangnya. - Dia pulang dengan tangan ke atas, kepalanya terkulai, hatinya menyerah kecut kepada musuh yang memusuhi Allah dan Rasul. Yang pulang itu jasadnya, yang satu kali juga akan hancur. Nyawanya mematikan ruh umat buat zaman yang panjang Entah pabila umat itu akan bangkit kembali, mungkin akan diatur oleh Ilahi dengan umat yang lain, yang lebih baik nanti...
Ia “Pemimpin” dengan tanda kutip
Adakalanya ada nakhoda berpirau melawan arus.
Tapi berpantang ia bertukar haluan, berbalik arah.
Ia belum pulang.
Tapi berpantang ia bertukar haluan, berbalik arah.
Ia belum pulang.
MOHAMAD NATSIR
MEDAN DJIHAD, 24 AGUSTUS 1961 M/ MAULID 1381 H.
MEDAN DJIHAD, 24 AGUSTUS 1961 M/ MAULID 1381 H.
Sumber :
Buku "Pemimpin Pulang", Perajikan dari medan jihad, Agustus 1961
Buku "Pemimpin Pulang", Perajikan dari medan jihad, Agustus 1961
Bisa mendapatkan bukunya di mana, ya? apa masih beredar?
BalasHapus